Teman,
Aku bukan sahabat sebaik yang kau sangka,
Aku bukan sahabat yang mampu berdiri sendiri untuk menasihati kamu,
Aku juga bukan sahabat yang selalu teguh imannya,
Malah, aku juga bukan sahabat yang selalu bersih hatinya.
Kerna,
Aku juga remaja sepertimu, sahabat,
Di saat gelora cinta dunia membuak-buak...
Kerna,
Aku juga manusia, sahabat,
Yang selalu ada naik turun imannya.
Kerna,
aku juga insan, sahabat,
Yang selalu lupa saat diri dibuai cinta dunia.
Kerna,
Kalian tidak tahu keadaan hatiku ini,
Sekiranya kalian tahu,
Mungkin kalian akan berasa jijik dengan hatiku yang penuh dosa ini.
Memang benar,
Diri ini selalu menasihati kalian,
Diri ini selalu mengingatkan kalian...
Tetapi,
Adakah kalian tahu,
Segala nasihat yang aku berikan itu,
Bertujuan untuk mengingatkan diri ini jua,
Bertujuan agar bila aku lupa,
Kalian bisa mengingatkan aku kembali.
Untuk mengingatkan agar diingatkan,
Bukankah itu tujuan sebenar kita bersahabat?
Untuk kita saling ingat mengingati?
Atas dasar iman dan taqwa?
Aku tidak mahu di Hari Akhirat nanti,
Kita berbalah dan menjadi musuh,
Kerana tidak mengingatkan antara satu sama lain.
Aku juga perlu bimbingan, wahai sahabat.
Aku juga perlu dinasihati, wahai sahabat.
Ismi Adawiyah
"Pada hari itu sahabat-sahabat karib: setengahnya akan menjadi musuh kepada setengahnya yang lain, kecuali orang-orang yang persahabatannya berdasarkan taqwa (iman dan amal soleh)." (Surah az-Zukhruf, ayat 67)
Hilal Asyraf berkata, "Kalau benar bersahabat biar berpimpin tangan merentas Syurga, bukan menjadi pengkhianat melempar sahabat ke neraka. Maka, jadilah pelindung yang melindungi sahabatnya daripada azab Neraka."
Err, sudikah kiranya sudi berpimpin tangan denganku ...menuju Jannah-Nya?
No comments:
Post a Comment